Pages

0

Don’t Worry Long Distance Relationship Won’t Kill You!

This long distance is killing me, I wish that you were here with me, But we’re stuck where we are And it’s so hard,you’re so far, This long distance is killing me (long distance-bruno mars)




Pilihan kebanyakan orang untuk menjalani suatu hubungan (pacaran) adalah “bersama” (baca : memiliki kedekatan fisik). Robert Sternberg, seorang psikolog mengatakan bahwa : keintiman atau kedekatan fisik merupakan elemen emosi, di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan.

Lantas bagaimana dengan Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh?




Dalam hubungan itu, seseorang membutuhkan waktu yang cukup panjang hanya untuk mencium bau parfum, menggandeng tangan, menatap wajah atau bahkan untuk menikmati malam minggu bersama pasangannya. Tidak heran bagi kebanyakan orang, peluang keberhasilan hubungan ini sangat kecil, terlebih jika dibandingkan dengan hubungan jarak dekat (hubungan ideal pada umumnya). Buku “Would You Do It Again? Relationship Gained in a Long-distance Relationship” karya Mietzner menjelaskan : LDR adalah ketika seseorang berada minimal 50 mil dari pasangannya dan dalam jangka waktu minimal tiga bulan.

Banyak alasan sehingga orang memilih untuk LDR, ada yang karena study, karir, atau karena berasal dari kota berbeda. Seperti cerita Revina, dia berasal dari Palu dan sang pacar berasal dari Medan, mereka bertemu saat kuliah di kota Malang. Mereka menuntut ilmu, saling menjajaki sampai akhirnya sarjana dan kembali ke kota masing-masing. “Cukup berat ketika memulai hubungan jarak jauh ini,” kata Revina. Sebelumnya mereka terbiasa berkomunikasi dengan saling bertatap wajah, saat ini Revina lebih sering menggunakan komunikasi virtual.

Berbeda lagi dengan Joanna, dia memilih LDR karena memang mengenal sang pacar dari dunia maya. Sejak awal berkenalan, berteman, hingga memutuskan pacaran mereka belum pernah bertemu secara fisik. Dan menurut Joanna, hingga setahun ini semua berjalan dengan baik.

Cerita lain bisa kita lihat dari pengalaman teman dekat saya. Dia dan pasangannya menjalani LDR selama empat tahun, dengan hanya delapan kali bertemu, artinya dalam setahun mereka hanya bertemu dua kali. Teman saya sering jalan dengan orang lain, dia sangat santai menjalani LDR (having fun). Menurut dia, mereka (dia dan sang pacar) sudah berkomitmen : selama LDR mereka berhak untuk jalan dan dekat dengan siapa saja. Tetapi pada saat mereka bersama, mereka kembali menjalani aktivitas pacaran normal.

Setiap orang pasti memiliki alasan untuk menjalani LDR. Pada hubungan ini, kesetiaan, kejujuran dan kepercayaan kita benar-benar bekerja. LDR bisa menjadi mudah atau sulit, semua tergantung mindset dalam menjalani hubungan tersebut.

Nobody wants to wait forever

Menjalani LDR pasti bersahabat dengan situasi menunggu. Mulai dari menunggu sms atau telpon, sampai menunggu saat untuk bertatap muka. Olehnya dalam LDR, kehadiran sms, telepon, email, chat, menjadi sangat berarti. Soal komunikasi saat LDR, kita bisa melihat pengalaman Renny yang sudah dua tahun menjalani LDR. “LDR itu hubungan yang berat diongkos, musti siapin dana ekstra. Kalau mau minim budget, musti nunggu tengah malam biar dapat tarif telpon murah, Paginya sempoyongan gara-gara begadang, tapi puas bisa ngobrol sama pacar berjam-jam,” kata Renny, soal hubungannya.

Kekosongan dalam menunggu bisa memicu kandasnya LDR, seperti pengalaman Randy yang LDR-nya hanya bertahan seumur jagung. “Pacar saya orangnya gengsian. Dia selalu menunggu saya untuk menghubungi dia lebih dulu. Pada saat saya lagi sibuk-sibuknya, aktivitas menelpon dan sms ke dia, jadi berkurang. Dia berpikir saya tidak perhatian lagi, kemudian memutuskan saya dan akhirnya dia pacaran dengan temannya yang sering jadi tempat curhat”.

Kondisi menunggu ini bisa disiasati dengan berbagai aktivitas yang positif. Alangkah baiknya jika mengisi waktu menunggu itu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan positif misalnya komunitas fotografi, komunitas menulis dan lain-lain. Siapa tahu hubungan LDR bisa menjadi inspirasi untuk menghasilkan karya seperti novel, cerpen, atau kumpulan puisi. Jadi, nikmati saja moment LDR, bukankah kalau menunggu berarti kita juga merindukan dia. Merindukan seseorang itu bagus! Karena itu membuktikan seberapa besar kita mencintai dia.

Be Happy, Communicate, Mutual trust (buat kamu yang menjalani LDR)

Mungkin kamu pernah berpikir “bagaimana mau bahagia? Kalau kamu gak bisa lihat dia waktu kamu benar-benar lagi butuhin dia”. Memang ada benarnya, tapi bukan dia saja yang bisa memberikan kamu kebahagiaan. Kamu masih punya teman-teman atau keluarga, yang bisa menemani kamu melewati hari-hari dalam menjalani LDR.

Kalau kamu bahagia dalam menjalani hubungan sama pasangan kamu, pasanganmu pasti akan lebih bahagia dan akan membawa kebahagiaan buat kamu. Tapi kalau kamu selalu galau dengan hubungan LDR, pasangan kamu justru gak nyaman dan akhirnya berpikir kamu gak bahagia. Pasangan kamu otomatis merasa khawatir, maybe akan timbul lebih banyak lagi pertanyaan dalam benak dia yang mengancam hubungan kamu.

So, tinggalin sikap sedih-sedih kamu itu. Berhenti mikirin dia seharian dengan lagu-lagu sendu. Wake up and be happy, semakin kamu bahagia, maka hubungan jarak jauh kamu akan baik-baik saja.

Dalam sebuah hubungan, komunikasi merupakan senjata paling penting. Nah, kalau hubungan jarak dekat (saja) bisa berantakan gara-gara komunikasi yang buruk apalagi LDR? Sebenarnya kamu bisa menghindari hal ini terjadi, dengan mengatur seberapa sering kamu bisa berhubungan lewat telpon atau chatting, misalnya sehari dua kali atau setiap dua hari telpon-telponan. Komitmen berkomunikasi ini akan memperkecil peluang terjadinya lost contact.

Saya pernah membaca kata bijak seperti ini “Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.” Jadi, jangan pernah berpikir mengubah pacar menjadi pantulan diri kita. Kita mesti mencintainya seperti apa adanya dia, memberikan kepercayaan pada dirinya. Biarkan dia melakukan hal yang dia suka tanpa merasa diawasi oleh kamu. Dalam LDR, ketidakhadiran sang pacar sering mendorong kamu untuk curiga berlebihan.

Saling percaya sangat penting dalam menjalani hubungan jarak jauh, inilah tantangan sebenarnya dari LDR. Saat kamu sedang menumbuhkan rasa saling percaya antara satu sama lain, tiba-tiba kamu juga terjebak dengan rasa paranoid dan posesif. Untuk itu dalam LDR kamu dituntut untuk memiliki rasa percaya dan keyakinan bahwa pasangan kamu tidak akan melihat orang lain saat kalian terpisah. So, dont possessive but positive thinking.

0 comments:

Post a Comment

Back to Top